Lapisan ozon merupakan lapisan tipis gas O3 yang secara alami menyelimuti permukaan bumi. Ozon yang ada di lapisan troposfer justru membawa dampak negatif karena bisa membentuk kabut asap yang beracun. Banyak industri yang menghasilkan gas ozon dan melepaskannya ke udara sehingga mencemari lingkungan. Untung saja jumlah ozon di lapisan ini hanya sedikit karena 90% dari total ozon di bumi terletak di ketinggian sekitar 20 km (dilapisan stratosfer) dan menjadi tameng yang sering disebut stratospheric ozone.
Sinar matahari memasuki permukaan bumi pada berbagai panjang gelombang. Sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-700 nm, sinar infra merah pada panjang gelombang di atas 700 nm, sedangkan sinar ultraviolet pada panjang gelombang di bawah 400 nm. Ada tiga macam sinar ultraviolet:UVA, UVB, dan UVC. UVA berada pada panjang gelombang yang sangat dekat dengan sinar tampak (sekitar 320-400 nm) dan dapat menembus lapisan-lapisan
selimut bumi ini dengan mudah. UVB (270-320 nm) tidak bisa semudah itu melewati tameng ozon yang perkasa ini. Sebagian sinar UVB (tidak semua) dihalangi oleh ozon sehingga tidak bisa masuk untuk merusak makhluk hidup termasuk manusia. UVC (150-300 nm) dapat diserap hampir seluruhnya (97-99%) sehingga tidak menjadi masalah bagi kehidupan bumi.
Ozon terus menipis, bahkan nyaris berlubang di Kutub Utara. Penurunan temperatur stratosfer yang jadi penyebab.
Penyebab terbentuknya lubang ozon ada tiga, menurut Profesor Ross Salawitch, ahli kimia dan biokimia dari University of Maryland, yang mempelajari kandungan zat kimia di atmosfer. Ketiganya adalah sinar matahari, halogen, dan temperatur rendah.
Saat temperatur turun melebihi ambang batas, awan terbentuk di stratosfer. Halogen, khususnya polutan, seperti klorin dan brom, berubah menjadi senyawa kimia yang bereaksi dengan cepat di ozon. "Semua berubah drastis," kata Salawitch.
Tahun ini sistem angin kutub yang dikenal dengan nama "pusaran kutub" sangat tenang dan stabil. Hal itu berperan dalam menurunkan temperatur di daerah Kutub Utara. Penurunan drastis ini, jika terjadi di Kutub Selatan, dipastikan bisa membentuk lubang ozon karena lapisan ozon di sana lebih tipis daripada di Kutub Utara.
Saat ini pusaran angin sudah menghilang dan udara dari luar Kutub Utara yang lebih hangat bisa masuk dan memperbaiki lapisan ozon.
Jika ozon berlubang, semakin banyak radiasi ultraviolet yang mencapai bumi yang bisa memicu penyakit kulit. Dengan lapisan ozon yang semakin tipis saja orang berkulit sensitif akan semakin mudah terbakar sinar matahari. (National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi)
sumber: kompas.com
sumber: kompas.com
http://ampundumeh.blogspot.com/
0 comments:
Posting Komentar